Jumat, 05 Juli 2013

Laporan KKL monumen perjuangan rakyat bali (bajra sandhi) dan situs belanjong



LAPORAN KKL

SEKILAS TENTANG MONUMEN PERJUANGAN RAKYAR BALI (BAJRA SANDHI) DAN SITUS BELANJONG
DI BALI - DENPASAR




OLEH

VINSENSIUS FENDICOM 
N.P.M  : 11.8.03.51.29.1.5.1290





PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MAHASARASWATI
DENPASAR
2013




Biodata Saya
Nama : Vinsensius Fendicom
Status : Mahasiswa
Kuliah : FKIP UNMAS DENPASAR
Prodi : Pendidikan Sejarah
Semester : V (lima)
 Asal :  NTT-Flores, Kab. Manggarai Barat, Kec. Boleng, Desa Golo ketak (Wate)
Agama : Katolik

Riwayat Pendidikan :
SD di SDI Cangkang NTT, SMPN 1 Sano Nggoang NTT, SMKN Labuan Bajo NTT (jurusan Informatika, keahlian RPL)
HP : 0823 4043 4190
Email : finsenecom@ymail.com





KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan jalan serta bimbingan kepada saya dalam menyusun laporan hasil KKL ini, sehingga laporan ini dapat saya selesaikan dengan baik. Adapun judul laporan yang saya buat ini yang berjudul “Sekilas Tentang Monumen Perjuangan Rakyat Bali dan Situs Belanjong di Bali-Denpasar” yang telah saya kunjungi.
Laporan ini dilaksanakan pada kegiatan KKL yang diselenggarakan oleh mahasiswa dan bapak dosen program studi pendidikan Sejarah UNMAS DENPASAR yang kemudian ditugaskan kepada mahasiswa untuk membuat laporan tentang apa yang sudah diamati di Monumen Perjuangan Rakyat Bali dan Situs Belanjong di Bali-Denpasar.
Saya juga menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan dalam menyusunnya yang disebabkan keterbatasan wawasan, pemahaman dan kemampuan saya. Maka diharapkan kepada semua pihak untuk kritik dan saran yang bersifat membangun demi menyempurnakan laporan ini.
Demikian sesingkatnya pengantar yang dapat saya sampaikan, kurang dan lebihnya saya mohon maaf, akhir kata saya ucapkan terimakasih.

                                                  
                                                                Penyusun,
     
             Vinsensius Fendicom


DAFTAR ISI
  
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR............................................................................................. i 
DAFTAR ISI........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang KKL......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................. 1
1.3 Tujuan Laporan.................................................................................................. 1
1.3.1 Tujuan Umum........................................................................................... 1
1.3.2 Tujuan Khusus.......................................................................................... 2
1.4 Manfaat Laporan................................................................................................ 2
BAB II METODE PENELITIAN.......................................................................... 3
2.1 Metode Penemuan Data..................................................................................... 3
2.1.1 Metode Wawancara.................................................................................. 3
2.1.2 Metode Observasi..................................................................................... 3
2.1.3 Metode Study Dokumen.......................................................................... 3
2.2. Metode Analisis Data....................................................................................... 3
BAB III PEMBAHASAN...................................................................................... 4
3.1 Deskripsi Monumen Perjuangan Rakyat Bali (Bajra Sandhi)............................ 4

3.1.1 Bentuk Bangunan Monumen Perjuangan
Rakyat Bali (Bajra Sandhi)...................................................................... 4
3.1.2 Keadaan dari pada Monumen Perjuangan
Rakyat Bali (Bajra Sandhi)...................................................................... 5
3.1.3 Sejarah Berdirinya Monumen Perjuangan
Rakyat Bali (Bajra Sandhi)...................................................................... 6
1.2     Deskripsi Tentang Situs Belanjong................................................................... 8
1.2.1     Lokasi Situs Belanjong............................................................................ 8
1.2.2     Sejarah Situs Belanjong........................................................................... 8
1.2.3     Tulisan yang Terdapat di Situs Belanjong............................................. 10
1.2.4     Arca-arca yang Terdapat di Situs Belanjong......................................... 11
BAB IV PENUTUP.............................................................................................. 14
4.1 Simpulan.......................................................................................................... 14
4.1.1 Sesimpulan dari pada Monumen Perjuangan
Rakyat Bali (Bajra Sandhi).................................................................... 14
4.1.2 Simpulan dari pada Situs Belanjong....................................................... 15
4.2 Saran................................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 17
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ 18



BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang KKL
Kuliah Kerja Lapangan ini digunakan untuk melihat bagaimana peran mahasiswa khususnya mahasiswa program studi pendidikan sejarah  sebagai jantung informasi pendidikan tentang peninggalan-peninggalan bersejarah. Apakah mahasiswa mampu menguraikan situs dan atau benda-benda peninggalan bersejarah dengan apa yang sudah dijelaskan oleh bapak Dosen di kelas.
Melalui Kuliah Kerja Lapangan dilaksanakan, setiap mahasiswa diharapkan termotivasi untuk memperbaiki dan membenahi sistem pembelajaran dan cara belajar mereka untuk kedepannya lenbih fokus kepada kegiatan belajar sehingga dapat membawa perubahan dan kemajuan bagi mahasiswa itu sendiri.
Dalam program ini, Monumen Perjuangan Rakyat Bali (Bajra Sandhi) dan Situs Belanjong diajukan sebagai tempat KKL. Apakah realitas dilapangan menunjukkan bahwa mahasiswa pendidikan Sejarah mampu menganalisiskan tempat-tempat tersebaut sebagai penerus system pendidikan pada pengetahuan sejarah di Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
Yang menjadi rumusan masalah dari tulisan ini adalah sebagai berikut:
Bagaimanakah deskripsi peninggalan-peninggalan sejarah di Monumen Perjuangan Rakyat Bali (Bajra Sandhi) dan Situs Belanjong di Bali- Denpasar.
1.3 Tujuan Laporan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam kuliah kerja lapangan adalah:
1.3.1 Tujuan Umum
a)      Kegiatan ini bertujuan untuk membantu pelaksanaan Program Tridharma Perguruan Tinggi, dimana salah satunya yaitu Penelitian dan Pengembangan.
b)      Tujuan umum penulisan laporan ini adalah untuk memberikan informasi bagi pembaca mengenai sejarah di Monumen Perjuangan Rakyat Bali (Bajra Sandhi) dan Situs Belanjong Di Bali- Denpasar.
1.3.2 Tujuan Khusus
a)      Mahasiswa dapat mengenal lebih dekat dengan budaya daerah dan Bangsa Indonesia. Terutama bentuk-bentuk peninggalan sejarah yang ada di (bajra sandhi) dan situs belanjong di Bali- Denpasar. Mahasiswa dapat membuat study banding antara ilmu pengetahuan secara teoritis dengan kenyataan yang ada di lapangan.
b)      Mahasiswa diharapkan dapat menerapkan ilmu pengetahuan dan dapat menarik kesimpulan sebagai bekal pengetahuan dimasa yang akan datang.
1.4 Manfaat Laporan
a)      Hasil penulisan laporan ini diharapkan dapat memberikan konstribusi bagi pembaca mengenai keberadaan beberapa peninggalan sejarah yang memiliki nilai penting dalam kehidupan ini.
b)      Selain manfaat diatas, manfaat penyusunan laporan KKL ini adalah melatih mahasiswa agar dapat berpikir secara logis dalam menguraikan dan membahas suatu permasalahan sesuai dengan pengetahuan yang telah diperoleh selama di bangku kuliah, sesuai dengan bidang studinya. Selain itu, melatih mahasiswa agar memiliki kemampuan membuat suatu penulisan laporan yang sistematis.


BAB II
METODE PENELITIAN
2.1 Metode Penemuan Data
Untuk membuat laporan ini dipergunakan beberapa metode penulisan laporan yaitu: metode wawancara, metode observasi, dan metode dokumentasi.
2.1.1 Metode Wawancara
Metode ini merupakan suatu cara memperoleh keterangan-keterangan atau pendapat-pendapat secara lisan dari beberapa responden.
2.1.2 Metode Observasi
Metode observasi ini merupakan metode pengumpulan data yang menggunakan pengamatan terhadap obyek penelitian. Observasi dapat dilakukan secara langsung maupun secara tidak langsung. Dalam hal ini penulis menggunakan observasi langsung dan mengamati secara langsung ke tempat lokasi peninggalan  sejarah berada seperti monument perjuangan rakyat bali (bajra sandhi) dan situs belanjong di Bali- Denpasar.
2.1.3 Metode Study Dokumen
Metode ini adalah metode pengumpulan data maupun dokumen dalam bentuk tulisan, gambar dan karangan seperti: buku-buku mengenai peninggalan sejarah diatas, serta beberapa foto-foto yang kami ambail pada saat observasi ketempat obyek.
2.2. Metode Analisis Data
Metode yang digunakan dalam penyusunan laporan KKL ini adalah Metode Kualitatif. Dimana metode kualitatif ini merupakan metode yang digunakan menggambarkan keadaan  yang sebenarnya berdasarkan atas data yang diperoleh, sehingga dengan metode ini akan diperoleh gambaran secara umum mengenai kejadian atau peristiwa yang menjadi objek penelitian.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Deskripsi monumen perjuangan rakyat Bali (Bajra Sandhi)
3.1.1 Bentuk bangunan Monumen perjuangan rakyat Bali (Bajra Sandhi)
Letak monumen tersebut sangat strategis sebab berada persis di depan Kantor Gubernur Bali, atau tepatnya di Lapangan Renon Nitimandala. Luas bangunan monumen itu adalah 4.900 m2 dan luas tanah 138.830 m2 .
Monument ini terdapat beberapa bentuk yaitu:
1.   Secara horizontal
Secara horizontal adalah susunan bangunannya berbentuk segi empat bujur sangkar, simetris dan mengacu pada konsep Tri Mandala, yaitu:
1)      Sebagai Utama Mandala adalah pelataran/gedung yang   paling ditengah
2)      Sebagai Madya Mandala adalah pelataran yang mengitari Utama Mandala
3)      Sebagai Nista Mandala adalah pelataran yang paling luar yang mengitari Madya Mandala
Bangunan gedung monumen pada Utama Mandala tersusun menjadi 3 lantai yaitu:
a)      Utamaning Utama Mandala adalah lantai 3 yang berposisi paling atas berfungsi sebagai ruang ketenangan, tempat hening-hening menikmati suasana kejauhan disekeliling monument
b)      Madyaning Utama Mandala adalah lantai 2 berfungsi sebagai tempat diaroma yang berjumlah 33 unit. Lantai 2 (dua) ini sebagai tempat pajangan miniatur perjuangan rakyat Bali dari masa ke masa. Di bagian luar sekeliling ruangan ini terdapat serambi atau teras terbuka untuk menikmati suasana sekeliling.
c)      Nistaning Utama Mandala adalah lantai dasar Gedung Monumen, yang terdapat ruang informasi, ruang keperpustakaan, ruang pameran, ruang pertemuan, ruang administrasi, gedung dan toilet. Ditengah-tengah ruangan terdapat telaga yang diberi nama sebagai Puser Tasik, delapan tiang agung dan juga tangga naik berbentuk tapak dara.
2.   Secara vertikal
Secara vertikal, terbagi menjadi tiga bagian yaitu mengacu pada konsep Tri Angga. Konsep Tri angga adalah:
1)         Angg Utama atau kepala, yaitu Tidak berisi apapun atau kosong yang merupakan simbul keabadian.
2)         Madya atau badan yaitu Terdapat pajangan diorama
3)         Nista atau kaki, yaitu Terdapat taman-taman
Selain tri angga dan tri mandalah terdaoat juga nilai filosofis, yaitu pemutara Gunung Maandara Giri oleh para dewa dan raksasa yang bekerja sama guna memperoleh Tirta Ametha.
3.   Memiliki lantai tengah monument
Dalam lantai tengah monument terdapat 33 buah diorama yang berdemensi 2 x 3 meter.  Ukuran tersebut menggambarkan adegan proses masa ke masa kehidupan orang Bali hingga sejarah- sejarah perjuangan rakyat Bali.
3.1.2 Keadaan dari pada Monumen perjuangan rakyat Bali (Bajra Sandhi)
Pada monumen ini perjalanan sejarah masyarakat bali tergambar jelas melalui 33 unit diorama. Diorama-diorama tersebut disusun melingkar mengikuti kontur ruangan. Setiap diorama berisi patung-patung lengkap dengan seting lingkungan alamiahnya. Untuk memudahkan pengunjung dalam memahami isi diorama tersebut, pada bagian luar terdapat label informasi dalam tiga bahasa : Bahasa Bali dalam aksara Jawa Kuno, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris.
Di bagian-bagian awal diorama ditampilkan manusia purba pada masa berburu dan meramu. Di sana digambarkan pithecanthropus erectus sedang berburu babi dengan kapak genggam. Bagian selanjutnya menggambarkan perkembangan masyarakat bali pada masa kerajaan, masa penjajahan, masa revolusi fisik, hingga pasca kemerdekaan. Pada bagian akhir diilustrasikan proses pembangunan Universitas Udayana yang berlangsung pada tahun 1975.
3.1.3 Sejarah berdirinya Monumen perjuangan rakyat Bali (Bajra Sandhi)
Museum Perjuangan Rakyat Bali (Bajra Sandhi) tercetus Pada Tahun 1980. Berawal dari ide Dr. Ida Bagus Mantra yang saat itu adalah Gubernur Bali. Ia mencetuskan ide awalnya tentang museum dan monumen untuk perjuangan rakyat Bali. Lalu pada tahun 1981, diadakan sayembara desain monumen, yang dimenangkan oleh Ida Bagus Yadnya, dia adalah seorang mahasiswa jurusan arsitektur Fakultas Teknik Universitas Udayana. Lalu pada tahun 1988 dilakukan peletakan batu pertama dan selama kurang lebih 13 tahun pembangunan monumen selesai. Tahun 2001, bangunan fisik monumen selesai. Setahun kemudian, pengisian diorama dan penataan lingkungan monumen dilakukan. Pada bulan September 2002, SK Gubernur Bali tentang penunjukan Kepala UPTD Monumen dilaksanakan. Dan akhirnya, pada tanggal 1 Agustus 2004, Pelayanan kepada masyarakat dibuka secara umum, setelah sebelumnya pada bulan Juni 2003 peresmian Monumen dilakukan oleh Presiden RI pada saat itu Ibu Megawati Soekarnoputri.
Monumen ini terletak di kawasan Lapangan Renon yang tentunya sangat menarik perhatian bagi semua orang karena tempatnya yang terawat dengan baik dan bersih dan lengkap dengan menara yang menjulang ke angkasa yang mempunyai arsitektur khas Bali yang indah. Lokasi monumen ini juga sangat strategis karena terletak di depan Kantor Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bali yang juga di depan Gedung DPRD Provinsi Bali tepatnya di Lapangan Renon Nitimandala. Tempat ini merupakan tempat pertempuran jaman kemerdekaan antara rakyat Bali melawan pasukan penjajah. Perang ini terkenal dengan sebutan "Perang Puputan" yang berarti perang habis-habisan. Monumen ini didirikan untuk memberi penghormatan pada para pahlawan serta merupakan lambang penghormatan atas perjuangan rakyat Bali.
Museum ini menjadi simbol masyarakat Bali untuk menghormati para pahlawan serta merupakan lambang persemaian pelestarian jiwa perjuangan rakyat Bali dari generasi ke generasi dan dari zaman ke zaman, serta lambang semangat untuk mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari 17 anak tangga yang ada di pintu utama, 8 buah tiang agung di dalam gedung monumen, dan monumen yang menjulang setinggi 45 meter.
Bentuk museum ini diambil berdasarkan cerita Hindu pada saat Pemutaran Gunung Giri Mandara oleh Para Dewa dan Raksasa guna mendapatkan Tirta Amertha atau Air Suci Kehidupan.
Dinamakan Museum Bajra Sandi karena bentuk museum ini seperti Bajra atau Genta yang dipakai oleh para pemimpin Agama Hindu dalam mengiringi pengucapan japa mantra pada saat melakukan upacara Agama Hindu. Adapun bagian-bagian yang penting dalam museum ini adalah sebagai berikut :
·         Bangunan Museum yang menjulang melambangkan Gunung Giri Mandara.
·         Guci Amertha dilambangkan dalam bentuk Kumba (periuk) tepat bagian atas museum.
·         Naga yang melilit museum melambangkan Naga Basuki yang digunakan sebagai tali dalm pemutaran Giri Mandara.
·         Kura-kura yang terdapat di bagian bawah museum merupakan simbul dari Bedawang Akupa yang digunakan sebagai alas pemutaran Giri Mandara.
·         Kolam yang terdapat disekeliling museum merupakan simbul dari Lautan Susu yang mengelilingi Giri Mandara tempat beradanya Air Suci Kehidupan atau Tirtha Amertha.
3.2     Deskripsi tentang situs belanjong

3.2.1     Lokasi Situs Belanjong

Situs Belanjong  ini terletak di bagian timur Pesisir Selatan Pulau Bali tepatnya di daerah Sanur. Di depan pintu masuk menuju situs Belanjong terdapat tempat-tempat persembayangan (Pura) bagi umat Hindu, dan biasanya ketika para pengunjung sebelum memasuki area situs Belanjong didahului untuk bersembayang yang dipimpin oleh para pelayanan setempat yaitu Mangku.

3.2.2     Sejarah Situs Belanjong
Dr W.F Stutterheim sebagai orang asing pertama yang meneliti tentang prasasti Blanjong yang dituangkan dalam tulisan "A Newly Discovered Pre-Negari Inscription on Bali" menyatakan bahwa raja yang menerbitkan prasasti tersebut ialah Sri Kesari Warmma(dewa) yang berkeraton di Singhadwala telah mengalahkan musuh-musuhnya di Gurun dan Suwal. Gurun diinterpretasikan sebagai Nusa Penida dan Suwal masih diragukan apakah tempat tersebut sama dengan Kutaraja. Stutterheim juga menyatakan bahwa pengaruh India Utara telah berkembang di Bali sejak abad X, terbukti dengan dipergunakannya huruf Pre-Negari dan bahasa Sansekerta. Lebih lanjut, ia berpendapat bahwa Situs Blanjong merupakan pelabuhan kuna, tempat berlabuhnya kapal dagang India (Stutterheim, 1934: 126 - 182). Prasasti tersebut dibaca ulang oleh Damais dengan mengoreksi pembacaan candra sengkala yang tertera pada prasasati tersebut. Candra sengkala tersebut terbaca "saka'bde sara wahnimurti ganite" yang nilainya sama dengan 835 Saka atau rentang 29 Januari sampai dnegan 27 Februari 914 M. Pembacaan Keraton Singhadwala oleh Stutterheim dibaca ulang oleh Damais menjadi Singharccala (Damais, 1947 - 1950 : 121 - 140). Damais tidak menginterpretasikan Gurun dan Suwal identik dengan daerah mana.
Prasasti Blanjong juga berusaha dibaca ulang oleh R Goris yang akhirnya dimuat dalam bukunya Prasasti Bali I. Gurun diidentifikasi sebagai tempat yang terletak di luar Bali dan kemungkinan adalah Pulau Lombok (Goris, 1954a : 64 - 65; 1954b : 243). Suwal dihubungkan dengan Ketewel yaitu sebuah tempat yang terletak di sebelah Selatan Sukawati (Sukarto, 1977 : 155). Senada dengan Stutterheim, Bernet Kempers lebih menekankan pada penaklukan musuh-musuhnya di Gurun dan Suwal oleh Raja Kesari Warmadewa pada sekitar abad X M (Kempers 1956 : 26) terlepas dari Situs Blanjong-Sanur sebagai situs pelabuhan kuno atau pemukiman. Bertitiktolak dari keberadaan Prasasti Blanjong tersebut, mendorong I Wayan Ardika untuk melakukan penelitian secara sistematis di Situs Blanjong tersebut. Penelitian dilakukan pada tahun 1981 dengan metode survei permukaan tanah (teristrial) dengan sistem grid. Hasil temuan yang diperoleh selain Prasasti Blanjong sebagai datum point, temuan lainnya adalah arca ganesa, arca perwujudan, arca terakota, arca binatang, sandaran arca, fragmen kaki arca, lingga, unsur bangunan (umpak, kemuncak, makara, miniatur candi), kereweng lokal dan kereweng asing (Cina, Annam dan Eropa). Sebaran kereweng terpusat kurang lebih 300 m di sebelah barat daya lokasi prasasti Blanjong. Data temuan tersebut jika diinterpretasikan kronologinya diperkirakan antara abad X - XIII M. Pada masa tersebut Situs Blanjong-Sanur merupakan salah satu situs arkeologi yang dianggap penting di Bali. Berdasarkan pada temuan arca dan arsitekturnya, dapat diperkirakan berasal dari masa Majapahit (abad XIII - XV) dan memberi indikasi bahwa situs tersebut berfungsi sebagai situs keagamaan atau religious site. Kondisi tersebut didukung pula oleh keberadaan kereweng yang diinterpretasikan sebagai situs pemukiman atau settlement site (Ardika, 1981 : 10 - 29).
Penelitian lanjutan dilakukan pada tahu 1984 oleh I Gusti Putu Darsana, dkk dengan mengambil metode yang sama yaitu survei permukaan dengan lokasi yang belum diteliti pada tahun sebelumya yaitu sebelah barat daya dengan jarak antara 400 - 800 m dari prasasti Blanjong. Hasil temuan yang diperoleh adalah kereweng lokal berupa fragmen wadah tipe pasu, periuk, kendi, tutup, dan tempayan. Kereweng atau keramik asing yang berhasil ditemukan juga merupakan fragmen wadah tipe mangkuk, piring, tempayan, cangkir, pot bunga, dan botol. Jika melihat dari temuan keramik asing yang berasal dari Cina, Annam, dan Eropa tersebut, maka dapat diketahui kronologi relatifnya yaitu dari masa abad X - XVIII M. Gerabah lokal diperkirakan berasal dari daerah sekitar Sanur yaitu Ubung dan Blahbatuh, sedangkan keramik asing diperoleh lewat jalur perdagangan sehingga diperkirakan Situs Blanjong-Sanur sebagai situs pelabuhan kuno yang berfungsi dari abad X hingga XVIII M (Darsana, dkk, 1984 : 10-21).
Pada tahun 2006 dilakukan ekskavasi oleh Tim Jurusan Arkeologi Universitas Udayana di sebelah selatan Prasasti Blanjong. Ekskavasi tersebut berhasil menemukan fragmen gerabah, fragmen keramik, alat batu, fragmen kerang, dan struktur bangunan. Struktur bangunan dianggap sebagai temuan yang baru di lokasi Situs Blanjong. Struktur ini tersusun dari batu-batu karang dan sebagian batuan vulkanik yang kemungkinan di ambil dari laut atau pesisir pantai karena bentuk karang yang masih bagus dan beragam. Khusus untuk batu vulkanik kemungkinan diambil dari luar kawasan Pantai Sanur karena minimnya sumberdaya khususnya di bentang lahan asal marin atau coasts yang sebagian besar menghasilkan pasir pantai berwarna putih kekuningan dan batuan karang (Tim Jurusan Arkeologi Universitas Udayana, 2006 : 39).
Tahun 2007, Tim Jurusan Arkeologi Universitas Udayana melakukan penggalian di sebelah barat Prasasti Blanjong. Ekskavasi tersebut diikuti juga oleh mahasiswa dari Universitas Laiden di Belanda. Hasil dari ekskavasi tersebut antara lain fragmen gerabah, fragmen keramik, cangkang kerang dan fragmen tulang binatang.

3.2.3     Tulisan yang terdapat di Situs Belanjong

Prasasti Blanjong adalah tugu batu bertulis yang merupakan prasasti dari Raja Kasari Warmadewa yang berkeraton di Singhadwala sekitar tahun 917 Masehi. Prasasti tersebut berbentuk sebuah tiang atau pilar batu dengan ukuran setinggi 177 cm dan bergaris tengah 62 cm. Prasasti ini dapat dikatakan sebagai temuan terpenting di situs Blanjong dan paling banyak menimbulkan teka-teki yang belum terjawab hingga sekarang di kalangan para ilmuwan arkeologi. Prasasti Blanjong ini ditulis dengan dua macam huruf yaitu huruf Pre-Negari dan sejenis huruf Kawi. Bagian yang ditulis dengan huruf Pre-Negari menggunakan bahasa Bali Kuno. Sedangkan bagian yang ditulis dengan huruf Kawi menggunakan bahasa Sansekerta

3.2.4     Arca-arca yang terdapat di situs belanjong
Selain prasasti, di situs Blanjong juga ditemukan sejumlah arca. Arca-arca tersebut ada yang masih dalam keadaan utuh dan ada pula yang hanya tinggal sebagian saja atau bersifat fragmatis. Di samping itu, beberapa buah arca yang berasal dari situs Blanjong tersebut sudah dipindahkan dan disimpan di Museum Bali di ibukota Denpasar. Adapun arca-arca yang ditemukan di situs Blanjong ini, antara lain :
1. Prasasti Blanjong Prasasti itu merupakan sebuah tiang atau pilar batu dengan ukuran tinggi 177 cm dan garis tengah 62 cm. Prasasti itu dapat dikatakan sebagai temuan terpenting di situs Blanjong dan paling banyak menimbulkan teka-teki di kalangan para sarjana. Prasasti ini ditulis dengan dua macam huruf yaitu huruf Pre-Negari menggunakan bahasa Bali Kuno, sedangkan bagian yang ditulis dengan huruf Kawi menggunakan bahasa Sansekerta.
2. Arca Selain prasasti, di situs Blanjong juga ditemukan sejumlah arca. Arca-arca tersebut ada yang masih dalam keadaan utuh dan ada pula yang hanya tinggal sebagian saja atau bersifat fragmatis. Disamping itu, beberapa buah arca yang berasal dari situs Blanjong kini telah dipindahkan dan disimpan di Museum Bali di Denpasar. Adapun arca yang ditemukan di situs Blanjong adalah sebagaiberikut :
a. Ganesa Arca ditempatkan pada sebuah palinggih (Bangunan suci) yang terletak dalam komplek pura Blanjong, kira-kira 15 m di sebelah barat laut prasasti yang telah diuraikan di atas. Arca dipahat ke genuk-genukan dengan sikap wirasana, sedangkan belalai dan kedua tangannya dalam keadaan patah. Arca itu terbuat dari bahan batu padas yaitu bahan yang tidak terdapat di situs tersebut, sehingga kemungkinan bahan arca tersebut didatangkan dari tempat lain atau arca itu sendiri dibuat di tempat lain. Pengukuran arca tidak dapat dilakukan karena arca ditempatkan dalam sebuah bangunan yang sempit dan bangunan tersebut kini dibelit oleh akar pohon beringin yang tumbuh di pura itu.
b. Arca Perwujudan Arca tersebut kini disimpan di Museum Bali di Denpasar dengan kode (A. ab. 1718. Arca tersebut dari batu padas, melukiskan seorang dewi. Digambarkan berdiri tegak, mukanya bulat telur. Mahkotanya digambarkan bertingkat-tingkat, memakai anting-anting dan kalung. Kedua tangan arca diletakkan di depan perut dengan memegang kuncup bunga. Dibagian belakang leher hingga bagian belakang kepala terlihat adanya lingkaran cahaya. Arca ini berdiri di atas lapik yang berukuran 15 x 15 x 7 cm dengan lehernya 15 cm. Arca ini diperkirakan berasal dari abad XIII-XIV. Tokoh yang digambarkan tidak dapat diidentifikasikan.
c. Arca Terakota Arca ini juga disimpan di Museum Bali di Denpasar dengan nomor 3793. Terbuat dari tanah bakar. Arca digambarkan berdiri di atas lapik dengan ukuran 15 x 15 x 4 cm, tinggi keseluruhan 5 cm dan lebar 12 cm. Mahkota arca tersebut berbentuk supit urang, hiasannya menyerupai wayang, kumis dan keningnya dipoles dengan mangsi. Kakinya dibengkokkan ke depan serta tangan kirinya memegang saput (sampur. Pakaian arca dihias dengan teknik goresan.
d. Arca Binatang Di Pura Blanjong Sanur terdapat dua buah arca binatang yang ditempatkan pada sebuah pelinggih. Arca ini dibuat dari batu padas. Keadaan arca tidak lengkap karena bagian kepala kedua arca tersebut telah hilang. Kemungkinan arca tersebut menggambarkan dua ekor lembu. Arca digambarkan dengan sikap yang hampir sama yaitu dalam keadaan tertelungkup dengan kaki bagian depan dilipat ke belakang dan kaki belakangnya dilipat ke depan. Ukuran masing-masing arca tersebut adalah sebagai berikut : panjang seluruhnya 52 cm, lebar bagian depan 27 cm, lebar bagian belakang 23 cm. Tinggi seluruhnya 32 cm dan tinggi lapik 8 cm. Arca binatang yang satu lagi ukurannya sebagai berikut : panjang seluruhnya 51 cm, lebar bagian depan 188 cm, lebar bagian belakang 2 cm, serta tinggi lapik 6 cm. Kemungkinan besar arca ini sudah tidak di situ lagi. Disamping arca-arca tersebut di situs itu ditemukan pula 2 buah sandaran arca, sebuah fragmen kaki arca dan sebuah lingga, dan artefak-artefak yang lain.


















BAB IV
PENUTUP

4.1 Simpulan
4.1.1 Sesimpulan dari pada monumen perjuangan rakyat bali (bajra sandhi)
Adapun Simpulan yang dapat saya simpulkan dalam laporan ini adalah :
1.   Monumen perjuangan rakyat bali merupakan sebuah monumen untuk mengenang kerja keras dan perjuangan heroik dari rakyat Bali sebelum dan sesudah kemerdekaan.
2.   Dalam monument ini memiliki nilai relegius seperti Dinamakan Museum Bajra Sandi karena bentuk museum ini seperti Bajra atau Genta yang dipakai oleh para pemimpin Agama Hindu dalam mengiringi pengucapan japa mantra pada saat melakukan upacara Agama Hindu.
3.   Monumen perjuangan rakyat bali ini melambangkan semangat untuk mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari 17 anak tangga yang ada di pintu utama, 8 buah tiang agung di dalam gedung monumen, dan monumen yang menjulang setinggi 45 meter. Hal ini meningat kemerdekaan Negara Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945.
4.   Dalam membangun monumen ini terdapat beberapa makna kehidupan manusia dengan istilah budaya Hindu seperti menggambarkan Tri Mandala yaitu Sebagai Utama Mandala, Sebagai Madya Mandala, Sebagai Nista Mandala. Dan Tri Angga yaitu Angg Utama atau kepala, Madya atau badan, Nista atau kaki.
5.   Monumen perjuangan rakyat bali (bajra sandhi) sangat tertarik untuk wisatawan karena lokasinya sangat menarik dan didalam monumen terdapat gambar-gambar yang indah bentuk dan proses kehidupan masyarakat bali dari jaman-jaman sebelumnya sampai jaman kemerdekaan.

4.1.2 Simpulan dari pada situs belanjong
Adapun Simpulan yang dapat saya simpulkan dalam laporan ini adalah :
1.    Situs belanjong merupakan situs puba kalah yang penuh bersejarah. Banyak parah ahli sejarah dan geologi baik dalam negeri maupun luar negeri yang memberikan informasi melalui penelitian tentang situs belanjong. Situs ini mengambarkan para kehidupan umat Hindu sejak masa-masa sebelum di daerah Bali, terbukti ada beberapa macam huruf di situs belanjong tersebut yaitu dua macam huruf yaitu huruf Pre-Negari menggunakan bahasa Bali Kuno, sedangkan bagian yang ditulis dengan huruf Kawi menggunakan bahasa Sansekerta. Huruf ini sangat kaitan dengan kepercayaan umat Hindu.
2.    Didalam situs Belanjong terdapat pula arca-arca sebagai peninggalan budaya Bali sejak masa dahulu kala seperi arca Ganesa, arca Perwujudan, arca Terakota, dan arca Binatang yang kini masih utuh.
3.    Pada tahun 835 çaka bulan phalguna, seorang raja yang mempunyai kekuasaan di seluruh penjuru dunia beristana di keraton Sanghadwala, bernama Çri Kesari telah mengalahkan musuh-musuhnya di Gurun dan di Swal. Inilah yang harus diketahui sampai kemudian hari. Berdasarkan isi prasasti tersebut dipastikan prasasti Blanjong dikukuhkan pada tahun 835 Caka (913 M) atas Raja Adipatih Cri Kesari Warmadewa sebagai tanda kemenangan
4.2 Saran-Saran
Adapun Saran-saran yang disampaikan dalam laporan ini adalah:
1)   Pemerintah dan masyarakat hendaknya lebih menghargai peninggalan-peninggalan sejarah, sebab nilai sejarah sangat penting dalam membangun Bangsa dan Negara.
2)   Pemerintah dan kaum intelektual hendaknya bisa memberikan sumbangsih keilmuan untuk menambah wawsan serta memberikan sedikit motivasi untuk kemajuan pendidikan selanjutnya.
3)   Teruntuk semua pihak yang telah membaca laporan ini, penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan laporan ini masih banyak kekurangan-kekurangan terutama penempatan kata-kata dan perlengkapan materi atau informasi dari obiek laporan ini. Kiranya agar smua pihak bisa memaklumi dan mari kita memperbaiki sama-sama yang bersifat membangun demi menyempurnakan isi dari laporan ini.



DAFTAR PUSTAKA

Buku sejarah monumen bajra sandhi
bersumber dari petugas harian monument bajra sandi
bersumber dari Mangku harian situs belanjong












DAFTAR LAMPIRAN
http://www.thejakartapost.com/files/images2/BAJRA-1_1.jpg
Gambar 1. Monumen Perjuangan Rakyat Bali (Bajra Sandhi)
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/7/78/Sanur_Belankong_Pillar.jpg/170px-Sanur_Belankong_Pillar.jpg
Gambar 2. Situs Belanjong

  http//:laporankkl.com