LAPORAN KKL
SEKILAS TENTANG MONUMEN PERJUANGAN RAKYAR BALI (BAJRA SANDHI) DAN SITUS BELANJONG
DI BALI -
DENPASAR
OLEH
VINSENSIUS
FENDICOM
N.P.M : 11.8.03.51.29.1.5.1290
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MAHASARASWATI
DENPASAR
2013
Biodata Saya
Nama : Vinsensius Fendicom
Status : Mahasiswa
Kuliah : FKIP UNMAS DENPASAR
Prodi : Pendidikan Sejarah
Semester : V (lima)
Asal : NTT-Flores, Kab. Manggarai Barat, Kec. Boleng, Desa Golo ketak (Wate)
Agama : Katolik
Riwayat Pendidikan :
SD di SDI Cangkang NTT, SMPN 1 Sano Nggoang NTT, SMKN Labuan Bajo NTT (jurusan Informatika, keahlian RPL)
HP : 0823 4043 4190
Email : finsenecom@ymail.com
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur saya panjatkan kehadapan
Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan jalan
serta bimbingan kepada saya dalam menyusun laporan hasil KKL ini,
sehingga laporan ini dapat saya selesaikan
dengan baik. Adapun judul laporan yang saya
buat ini yang berjudul “Sekilas Tentang
Monumen Perjuangan Rakyat Bali dan Situs Belanjong di
Bali-Denpasar” yang telah saya kunjungi.
Laporan
ini dilaksanakan pada kegiatan KKL yang diselenggarakan oleh mahasiswa dan bapak dosen program studi pendidikan Sejarah
UNMAS DENPASAR yang kemudian
ditugaskan kepada mahasiswa untuk membuat laporan tentang apa yang sudah
diamati di Monumen Perjuangan Rakyat Bali dan Situs Belanjong di Bali-Denpasar.
Saya juga menyadari bahwa
laporan ini masih banyak kekurangan dalam menyusunnya yang disebabkan
keterbatasan wawasan, pemahaman dan kemampuan saya. Maka diharapkan kepada semua pihak untuk kritik dan saran yang
bersifat membangun demi menyempurnakan laporan ini.
Demikian
sesingkatnya pengantar yang
dapat saya sampaikan, kurang dan
lebihnya saya
mohon maaf, akhir kata saya
ucapkan terimakasih.
Penyusun,
Vinsensius Fendicom
DAFTAR
ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR............................................................................................. i
DAFTAR ISI........................................................................................................... ii
BAB
I PENDAHULUAN...................................................................................... 1
1.1
Latar Belakang KKL......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................. 1
1.3
Tujuan Laporan.................................................................................................. 1
1.3.1
Tujuan Umum........................................................................................... 1
1.3.2 Tujuan Khusus.......................................................................................... 2
1.4
Manfaat Laporan................................................................................................ 2
BAB II METODE PENELITIAN.......................................................................... 3
2.1 Metode Penemuan
Data..................................................................................... 3
2.1.1
Metode Wawancara.................................................................................. 3
2.1.2
Metode Observasi..................................................................................... 3
2.1.3
Metode Study Dokumen.......................................................................... 3
2.2.
Metode Analisis Data....................................................................................... 3
BAB
III PEMBAHASAN...................................................................................... 4
3.1 Deskripsi Monumen Perjuangan Rakyat Bali (Bajra Sandhi)............................ 4
3.1.1 Bentuk Bangunan Monumen
Perjuangan
Rakyat Bali
(Bajra Sandhi)...................................................................... 4
3.1.2 Keadaan dari pada Monumen
Perjuangan
Rakyat Bali
(Bajra Sandhi)...................................................................... 5
3.1.3 Sejarah Berdirinya Monumen
Perjuangan
Rakyat Bali (Bajra Sandhi)...................................................................... 6
1.2
Deskripsi Tentang Situs Belanjong................................................................... 8
1.2.1
Lokasi Situs Belanjong............................................................................ 8
1.2.2
Sejarah Situs Belanjong........................................................................... 8
1.2.3
Tulisan yang Terdapat di Situs Belanjong............................................. 10
1.2.4
Arca-arca yang Terdapat di Situs Belanjong......................................... 11
BAB IV PENUTUP.............................................................................................. 14
4.1
Simpulan.......................................................................................................... 14
4.1.1 Sesimpulan dari pada Monumen Perjuangan
Rakyat Bali (Bajra Sandhi).................................................................... 14
4.1.2 Simpulan dari pada Situs Belanjong....................................................... 15
4.2 Saran................................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 17
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ 18
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang KKL
Kuliah Kerja
Lapangan ini digunakan
untuk melihat bagaimana peran mahasiswa khususnya mahasiswa program studi
pendidikan sejarah sebagai jantung informasi pendidikan tentang
peninggalan-peninggalan bersejarah. Apakah mahasiswa mampu menguraikan situs
dan atau benda-benda peninggalan bersejarah dengan apa yang sudah dijelaskan
oleh bapak Dosen di kelas.
Melalui Kuliah Kerja
Lapangan
dilaksanakan, setiap mahasiswa diharapkan termotivasi untuk memperbaiki dan
membenahi sistem pembelajaran dan cara belajar mereka untuk kedepannya lenbih
fokus kepada kegiatan belajar sehingga dapat membawa perubahan dan kemajuan
bagi mahasiswa itu sendiri.
Dalam program ini, Monumen Perjuangan
Rakyat Bali (Bajra Sandhi) dan Situs
Belanjong diajukan
sebagai tempat KKL. Apakah realitas dilapangan menunjukkan bahwa mahasiswa pendidikan Sejarah
mampu menganalisiskan tempat-tempat tersebaut sebagai penerus system pendidikan
pada pengetahuan sejarah di Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
Yang
menjadi rumusan masalah dari tulisan ini adalah sebagai berikut:
Bagaimanakah
deskripsi peninggalan-peninggalan sejarah di Monumen Perjuangan Rakyat Bali (Bajra Sandhi) dan Situs
Belanjong di Bali- Denpasar.
1.3
Tujuan Laporan
Adapun
tujuan yang ingin dicapai dalam kuliah kerja lapangan adalah:
1.3.1
Tujuan Umum
a) Kegiatan
ini bertujuan untuk membantu pelaksanaan Program Tridharma Perguruan Tinggi, dimana salah satunya yaitu Penelitian
dan Pengembangan.
b) Tujuan
umum penulisan laporan ini adalah untuk memberikan informasi bagi pembaca
mengenai sejarah di Monumen
Perjuangan Rakyat Bali (Bajra Sandhi) dan Situs Belanjong Di Bali-
Denpasar.
1.3.2 Tujuan Khusus
a) Mahasiswa
dapat mengenal lebih dekat dengan budaya daerah dan Bangsa Indonesia. Terutama
bentuk-bentuk peninggalan sejarah yang ada di (bajra
sandhi) dan situs belanjong di Bali- Denpasar.
Mahasiswa dapat membuat study banding antara ilmu pengetahuan
secara teoritis dengan kenyataan yang ada di lapangan.
b) Mahasiswa
diharapkan dapat menerapkan ilmu pengetahuan dan dapat menarik kesimpulan
sebagai bekal pengetahuan dimasa yang akan datang.
1.4 Manfaat Laporan
a) Hasil
penulisan laporan ini diharapkan dapat memberikan konstribusi bagi pembaca
mengenai keberadaan beberapa peninggalan sejarah yang memiliki nilai penting
dalam kehidupan ini.
b)
Selain manfaat diatas,
manfaat penyusunan laporan KKL ini adalah melatih mahasiswa agar dapat berpikir secara logis dalam
menguraikan dan membahas suatu permasalahan sesuai dengan pengetahuan yang
telah diperoleh selama di bangku kuliah, sesuai dengan bidang studinya. Selain
itu, melatih mahasiswa agar memiliki kemampuan membuat suatu penulisan laporan
yang sistematis.
BAB II
METODE
PENELITIAN
2.1
Metode Penemuan Data
Untuk
membuat laporan ini dipergunakan beberapa metode penulisan laporan yaitu:
metode wawancara, metode observasi, dan metode dokumentasi.
2.1.1
Metode Wawancara
Metode
ini merupakan suatu cara memperoleh keterangan-keterangan atau
pendapat-pendapat secara lisan dari beberapa responden.
2.1.2
Metode Observasi
Metode
observasi ini merupakan metode pengumpulan data yang menggunakan pengamatan
terhadap obyek penelitian. Observasi dapat dilakukan secara langsung maupun
secara tidak langsung. Dalam hal ini penulis menggunakan observasi langsung dan
mengamati secara langsung ke tempat lokasi peninggalan sejarah berada seperti monument perjuangan rakyat bali (bajra sandhi) dan situs
belanjong di Bali- Denpasar.
2.1.3
Metode Study Dokumen
Metode
ini adalah metode pengumpulan data maupun dokumen dalam bentuk tulisan, gambar
dan karangan seperti: buku-buku mengenai peninggalan sejarah diatas, serta
beberapa foto-foto yang kami ambail pada saat observasi ketempat obyek.
2.2.
Metode Analisis Data
Metode
yang digunakan dalam penyusunan laporan KKL ini adalah Metode Kualitatif.
Dimana metode kualitatif ini merupakan metode yang digunakan menggambarkan
keadaan yang sebenarnya berdasarkan atas
data yang diperoleh, sehingga dengan metode ini akan diperoleh gambaran secara
umum mengenai kejadian atau peristiwa yang menjadi objek penelitian.
BAB
III
PEMBAHASAN
3.1 Deskripsi
monumen perjuangan rakyat Bali (Bajra Sandhi)
3.1.1 Bentuk bangunan Monumen
perjuangan rakyat Bali (Bajra Sandhi)
Letak
monumen tersebut sangat strategis sebab berada persis di depan Kantor Gubernur
Bali, atau tepatnya di Lapangan Renon Nitimandala. Luas bangunan monumen itu
adalah 4.900 m2 dan luas tanah 138.830 m2 .
Monument
ini terdapat beberapa bentuk yaitu:
1.
Secara horizontal
Secara
horizontal adalah susunan bangunannya berbentuk segi empat bujur sangkar,
simetris dan mengacu pada konsep Tri Mandala, yaitu:
1)
Sebagai Utama Mandala adalah pelataran/gedung yang paling ditengah
2)
Sebagai Madya Mandala adalah pelataran yang mengitari
Utama Mandala
3)
Sebagai Nista Mandala adalah pelataran yang paling luar
yang mengitari Madya Mandala
Bangunan gedung
monumen pada Utama Mandala tersusun menjadi 3 lantai yaitu:
a)
Utamaning Utama Mandala adalah lantai 3 yang berposisi
paling atas berfungsi sebagai ruang ketenangan, tempat hening-hening menikmati
suasana kejauhan disekeliling monument
b)
Madyaning Utama Mandala adalah lantai 2 berfungsi
sebagai tempat diaroma yang berjumlah 33 unit. Lantai 2 (dua) ini sebagai
tempat pajangan miniatur perjuangan rakyat Bali dari masa ke masa. Di bagian
luar sekeliling ruangan ini terdapat serambi atau teras terbuka untuk menikmati
suasana sekeliling.
c)
Nistaning Utama Mandala adalah lantai dasar Gedung
Monumen, yang terdapat ruang informasi, ruang keperpustakaan, ruang pameran,
ruang pertemuan, ruang administrasi, gedung dan toilet. Ditengah-tengah ruangan
terdapat telaga yang diberi nama sebagai Puser Tasik, delapan tiang agung dan
juga tangga naik berbentuk tapak dara.
2.
Secara vertikal
Secara
vertikal, terbagi menjadi tiga bagian yaitu mengacu pada konsep Tri Angga.
Konsep Tri angga adalah:
1)
Angg Utama atau kepala,
yaitu Tidak berisi apapun atau kosong yang merupakan simbul keabadian.
2)
Madya atau badan yaitu
Terdapat pajangan diorama
3)
Nista atau kaki, yaitu
Terdapat taman-taman
Selain tri angga dan tri mandalah terdaoat juga nilai filosofis,
yaitu pemutara Gunung Maandara Giri oleh para dewa dan raksasa yang bekerja
sama guna memperoleh Tirta Ametha.
3. Memiliki
lantai tengah monument
Dalam
lantai tengah monument terdapat 33 buah diorama yang berdemensi 2 x 3
meter. Ukuran tersebut menggambarkan adegan proses masa ke masa kehidupan
orang Bali hingga sejarah- sejarah perjuangan rakyat Bali.
3.1.2 Keadaan dari pada Monumen
perjuangan rakyat Bali (Bajra Sandhi)
Pada monumen
ini perjalanan sejarah masyarakat bali tergambar jelas melalui 33 unit diorama.
Diorama-diorama tersebut disusun melingkar mengikuti kontur ruangan. Setiap
diorama berisi patung-patung lengkap dengan seting lingkungan alamiahnya. Untuk
memudahkan pengunjung dalam memahami isi diorama tersebut, pada bagian luar
terdapat label informasi dalam tiga bahasa : Bahasa Bali dalam aksara Jawa
Kuno, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris.
Di
bagian-bagian awal diorama ditampilkan manusia purba pada masa berburu dan
meramu. Di sana digambarkan pithecanthropus
erectus sedang berburu babi dengan kapak genggam. Bagian selanjutnya
menggambarkan perkembangan masyarakat bali pada masa kerajaan, masa penjajahan,
masa revolusi fisik, hingga pasca kemerdekaan. Pada bagian akhir diilustrasikan
proses pembangunan Universitas Udayana yang berlangsung pada tahun 1975.
3.1.3 Sejarah
berdirinya Monumen perjuangan rakyat Bali (Bajra Sandhi)
Museum Perjuangan Rakyat Bali (Bajra
Sandhi)
tercetus Pada Tahun 1980. Berawal dari ide Dr. Ida Bagus Mantra yang saat itu
adalah Gubernur Bali. Ia mencetuskan ide awalnya tentang museum dan monumen
untuk perjuangan rakyat Bali. Lalu pada tahun 1981, diadakan sayembara desain
monumen, yang dimenangkan oleh Ida Bagus Yadnya, dia adalah seorang mahasiswa jurusan
arsitektur Fakultas Teknik Universitas Udayana. Lalu pada tahun 1988 dilakukan
peletakan batu pertama dan selama kurang lebih 13 tahun pembangunan monumen
selesai. Tahun 2001, bangunan fisik monumen selesai. Setahun kemudian,
pengisian diorama dan penataan lingkungan monumen dilakukan. Pada bulan
September 2002, SK Gubernur Bali tentang penunjukan Kepala UPTD Monumen
dilaksanakan. Dan akhirnya, pada tanggal 1 Agustus 2004, Pelayanan kepada masyarakat
dibuka secara umum, setelah sebelumnya pada bulan Juni 2003 peresmian Monumen
dilakukan oleh Presiden RI pada saat itu Ibu Megawati Soekarnoputri.
Monumen ini terletak di kawasan Lapangan Renon yang tentunya sangat
menarik perhatian bagi semua orang karena tempatnya yang terawat dengan baik
dan bersih dan lengkap dengan menara yang menjulang ke angkasa yang mempunyai
arsitektur khas Bali yang indah. Lokasi monumen ini juga sangat strategis
karena terletak di depan Kantor Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bali yang juga
di depan Gedung DPRD Provinsi Bali tepatnya di Lapangan Renon Nitimandala. Tempat ini merupakan tempat
pertempuran jaman kemerdekaan antara rakyat Bali melawan pasukan penjajah.
Perang ini terkenal dengan sebutan "Perang
Puputan" yang berarti perang habis-habisan. Monumen ini didirikan
untuk memberi penghormatan pada para pahlawan serta merupakan lambang
penghormatan atas perjuangan rakyat Bali.
Museum ini
menjadi simbol masyarakat Bali untuk menghormati para pahlawan serta merupakan
lambang persemaian pelestarian jiwa perjuangan rakyat Bali dari generasi ke
generasi dan dari zaman ke zaman, serta lambang semangat untuk
mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini dapat
dilihat dari 17 anak tangga yang ada di pintu utama, 8 buah tiang agung di
dalam gedung monumen, dan monumen yang menjulang setinggi 45 meter.
Bentuk
museum ini diambil berdasarkan cerita Hindu pada saat Pemutaran Gunung Giri
Mandara oleh Para Dewa dan Raksasa guna mendapatkan Tirta Amertha atau Air Suci
Kehidupan.
Dinamakan
Museum Bajra Sandi karena bentuk museum ini seperti Bajra atau Genta yang
dipakai oleh para pemimpin Agama Hindu dalam mengiringi pengucapan japa mantra
pada saat melakukan upacara Agama Hindu. Adapun bagian-bagian yang penting
dalam museum ini adalah sebagai berikut :
·
Bangunan Museum yang menjulang melambangkan Gunung
Giri Mandara.
·
Guci Amertha dilambangkan dalam bentuk Kumba (periuk)
tepat bagian atas museum.
·
Naga yang melilit museum melambangkan Naga Basuki yang
digunakan sebagai tali dalm pemutaran Giri Mandara.
·
Kura-kura yang terdapat di bagian bawah museum
merupakan simbul dari Bedawang Akupa yang digunakan sebagai alas pemutaran Giri
Mandara.
·
Kolam yang terdapat disekeliling museum merupakan
simbul dari Lautan Susu yang mengelilingi Giri Mandara tempat beradanya Air
Suci Kehidupan atau Tirtha Amertha.
3.2 Deskripsi tentang situs belanjong
3.2.1 Lokasi Situs Belanjong
Situs Belanjong ini terletak
di bagian timur Pesisir Selatan Pulau Bali
tepatnya di daerah Sanur. Di depan pintu masuk menuju situs Belanjong terdapat
tempat-tempat persembayangan (Pura) bagi umat Hindu, dan biasanya ketika para
pengunjung sebelum memasuki area situs Belanjong didahului untuk bersembayang
yang dipimpin oleh para pelayanan setempat yaitu Mangku.
3.2.2 Sejarah Situs Belanjong
Dr
W.F Stutterheim sebagai orang asing pertama yang meneliti tentang prasasti
Blanjong yang dituangkan dalam tulisan "A Newly Discovered Pre-Negari
Inscription on Bali" menyatakan bahwa raja yang menerbitkan prasasti
tersebut ialah Sri Kesari Warmma(dewa) yang berkeraton di Singhadwala telah
mengalahkan musuh-musuhnya di Gurun dan Suwal. Gurun diinterpretasikan sebagai
Nusa Penida dan Suwal masih diragukan apakah tempat tersebut sama dengan Kutaraja. Stutterheim juga
menyatakan bahwa pengaruh India Utara telah berkembang di Bali sejak abad X,
terbukti dengan dipergunakannya huruf Pre-Negari dan bahasa Sansekerta. Lebih
lanjut, ia berpendapat bahwa Situs Blanjong merupakan pelabuhan kuna, tempat berlabuhnya
kapal dagang India (Stutterheim, 1934: 126 - 182). Prasasti tersebut
dibaca ulang oleh Damais dengan mengoreksi pembacaan candra sengkala yang
tertera pada prasasati tersebut. Candra sengkala tersebut terbaca
"saka'bde sara wahnimurti ganite" yang nilainya sama dengan 835 Saka
atau rentang 29 Januari sampai dnegan 27 Februari 914 M. Pembacaan Keraton
Singhadwala oleh Stutterheim dibaca ulang oleh Damais menjadi Singharccala
(Damais, 1947 - 1950 : 121 - 140). Damais tidak menginterpretasikan Gurun dan
Suwal identik dengan daerah mana.
Prasasti
Blanjong juga berusaha dibaca ulang oleh R Goris yang akhirnya dimuat dalam
bukunya Prasasti Bali I. Gurun diidentifikasi sebagai tempat yang terletak di
luar Bali dan kemungkinan adalah Pulau Lombok (Goris, 1954a : 64 - 65; 1954b :
243). Suwal dihubungkan dengan Ketewel yaitu sebuah tempat yang terletak di
sebelah Selatan Sukawati (Sukarto, 1977 : 155). Senada dengan Stutterheim,
Bernet Kempers lebih menekankan pada penaklukan musuh-musuhnya di Gurun dan Suwal
oleh Raja Kesari Warmadewa pada sekitar abad X M (Kempers 1956 : 26) terlepas
dari Situs Blanjong-Sanur sebagai situs pelabuhan kuno atau pemukiman. Bertitiktolak dari
keberadaan Prasasti Blanjong tersebut, mendorong I Wayan Ardika untuk melakukan
penelitian secara sistematis di Situs Blanjong tersebut. Penelitian dilakukan
pada tahun 1981 dengan metode survei permukaan tanah (teristrial) dengan sistem
grid. Hasil temuan yang diperoleh selain Prasasti Blanjong sebagai datum point,
temuan lainnya adalah arca ganesa, arca perwujudan, arca terakota, arca
binatang, sandaran arca, fragmen kaki arca, lingga, unsur bangunan (umpak,
kemuncak, makara, miniatur candi), kereweng lokal dan kereweng asing (Cina,
Annam dan Eropa). Sebaran kereweng terpusat kurang lebih 300 m di sebelah barat
daya lokasi prasasti Blanjong. Data temuan tersebut jika diinterpretasikan
kronologinya diperkirakan antara abad X - XIII M. Pada masa tersebut Situs
Blanjong-Sanur merupakan salah satu situs arkeologi yang dianggap penting di Bali.
Berdasarkan pada temuan arca dan arsitekturnya, dapat diperkirakan berasal dari
masa Majapahit (abad XIII - XV) dan memberi indikasi bahwa situs tersebut
berfungsi sebagai situs keagamaan atau religious site. Kondisi tersebut
didukung pula oleh keberadaan kereweng yang diinterpretasikan sebagai situs
pemukiman atau settlement site (Ardika, 1981 : 10 - 29).
Penelitian
lanjutan dilakukan pada tahu 1984 oleh I Gusti Putu Darsana, dkk dengan
mengambil metode yang sama yaitu survei permukaan dengan lokasi yang belum
diteliti pada tahun sebelumya yaitu sebelah barat daya dengan jarak antara 400
- 800 m dari prasasti Blanjong. Hasil temuan yang diperoleh adalah kereweng
lokal berupa fragmen wadah tipe pasu, periuk, kendi, tutup, dan tempayan.
Kereweng atau keramik asing yang berhasil ditemukan juga merupakan fragmen
wadah tipe mangkuk, piring, tempayan, cangkir, pot bunga, dan botol. Jika
melihat dari temuan keramik asing yang berasal dari Cina, Annam, dan Eropa
tersebut, maka dapat diketahui kronologi relatifnya yaitu dari masa abad X -
XVIII M. Gerabah lokal diperkirakan berasal dari daerah sekitar Sanur yaitu
Ubung dan Blahbatuh, sedangkan keramik asing diperoleh lewat jalur perdagangan
sehingga diperkirakan Situs Blanjong-Sanur sebagai situs pelabuhan kuno yang
berfungsi dari abad X hingga XVIII M (Darsana, dkk, 1984 : 10-21).
Pada
tahun 2006 dilakukan ekskavasi oleh Tim Jurusan Arkeologi Universitas Udayana
di sebelah selatan Prasasti Blanjong. Ekskavasi tersebut berhasil menemukan
fragmen gerabah, fragmen keramik, alat batu, fragmen kerang, dan struktur
bangunan. Struktur bangunan dianggap sebagai temuan yang baru di lokasi Situs
Blanjong. Struktur ini tersusun dari batu-batu karang dan sebagian batuan
vulkanik yang kemungkinan di ambil dari laut atau pesisir pantai karena bentuk
karang yang masih bagus dan beragam. Khusus untuk batu vulkanik kemungkinan
diambil dari luar kawasan Pantai Sanur karena minimnya sumberdaya khususnya di
bentang lahan asal marin atau coasts yang sebagian besar menghasilkan pasir pantai
berwarna putih kekuningan dan batuan karang (Tim Jurusan Arkeologi Universitas
Udayana, 2006 : 39).
Tahun
2007, Tim Jurusan Arkeologi Universitas Udayana melakukan penggalian di sebelah
barat Prasasti Blanjong. Ekskavasi tersebut diikuti juga oleh mahasiswa dari
Universitas Laiden di Belanda. Hasil dari ekskavasi tersebut antara lain
fragmen gerabah, fragmen keramik, cangkang kerang dan fragmen tulang binatang.
3.2.3 Tulisan yang terdapat di Situs Belanjong
Prasasti Blanjong
adalah tugu batu bertulis yang merupakan prasasti dari Raja Kasari Warmadewa
yang berkeraton di Singhadwala sekitar tahun 917 Masehi. Prasasti tersebut
berbentuk sebuah tiang atau pilar batu dengan ukuran setinggi 177 cm dan
bergaris tengah 62 cm. Prasasti ini dapat dikatakan sebagai temuan terpenting
di situs Blanjong dan paling banyak menimbulkan teka-teki yang belum terjawab
hingga sekarang di kalangan para ilmuwan arkeologi. Prasasti Blanjong ini
ditulis dengan dua macam huruf yaitu huruf Pre-Negari dan sejenis huruf Kawi.
Bagian yang ditulis dengan huruf Pre-Negari menggunakan bahasa Bali Kuno. Sedangkan bagian yang
ditulis dengan huruf Kawi menggunakan bahasa Sansekerta
3.2.4 Arca-arca yang terdapat di situs belanjong
Selain prasasti, di situs Blanjong juga ditemukan sejumlah arca.
Arca-arca tersebut ada yang masih dalam keadaan utuh dan ada pula yang hanya
tinggal sebagian saja atau bersifat fragmatis. Di samping itu, beberapa buah
arca yang berasal dari situs Blanjong tersebut sudah dipindahkan dan disimpan
di Museum Bali di ibukota Denpasar. Adapun arca-arca yang ditemukan di situs
Blanjong ini, antara lain :
1. Prasasti Blanjong Prasasti itu
merupakan sebuah tiang atau pilar batu dengan ukuran tinggi 177 cm dan garis
tengah 62 cm. Prasasti itu dapat dikatakan sebagai temuan terpenting di situs
Blanjong dan paling banyak menimbulkan teka-teki di kalangan para sarjana.
Prasasti ini ditulis dengan dua macam huruf yaitu huruf Pre-Negari menggunakan
bahasa Bali Kuno, sedangkan bagian yang ditulis dengan huruf Kawi menggunakan
bahasa Sansekerta.
2. Arca Selain prasasti, di situs
Blanjong juga ditemukan sejumlah arca. Arca-arca tersebut ada yang masih dalam
keadaan utuh dan ada pula yang hanya tinggal sebagian saja atau bersifat
fragmatis. Disamping itu, beberapa buah arca yang berasal dari situs Blanjong
kini telah dipindahkan dan disimpan di Museum Bali di Denpasar. Adapun arca
yang ditemukan di situs Blanjong adalah sebagaiberikut :
a. Ganesa Arca ditempatkan pada
sebuah palinggih (Bangunan suci) yang terletak dalam komplek pura Blanjong,
kira-kira 15 m di sebelah barat laut prasasti yang telah diuraikan di atas.
Arca dipahat ke genuk-genukan dengan sikap wirasana, sedangkan belalai dan
kedua tangannya dalam keadaan patah. Arca itu terbuat dari bahan batu padas
yaitu bahan yang tidak terdapat di situs tersebut, sehingga kemungkinan bahan
arca tersebut didatangkan dari tempat lain atau arca itu sendiri dibuat di
tempat lain. Pengukuran arca tidak dapat dilakukan karena arca ditempatkan
dalam sebuah bangunan yang sempit dan bangunan tersebut kini dibelit oleh akar
pohon beringin yang tumbuh di pura itu.
b. Arca Perwujudan Arca tersebut
kini disimpan di Museum Bali di Denpasar dengan kode (A. ab. 1718. Arca
tersebut dari batu padas, melukiskan seorang dewi. Digambarkan berdiri tegak,
mukanya bulat telur. Mahkotanya digambarkan bertingkat-tingkat, memakai
anting-anting dan kalung. Kedua tangan arca diletakkan di depan perut dengan
memegang kuncup bunga. Dibagian belakang leher hingga bagian belakang kepala
terlihat adanya lingkaran cahaya. Arca ini berdiri di atas lapik yang berukuran
15 x 15 x 7 cm dengan lehernya 15 cm. Arca ini diperkirakan berasal dari abad
XIII-XIV. Tokoh yang digambarkan tidak dapat diidentifikasikan.
c. Arca Terakota Arca ini juga
disimpan di Museum Bali di Denpasar dengan nomor 3793. Terbuat dari tanah
bakar. Arca digambarkan berdiri di atas lapik dengan ukuran 15 x 15 x 4 cm,
tinggi keseluruhan 5 cm dan lebar 12 cm. Mahkota arca tersebut berbentuk supit
urang, hiasannya menyerupai wayang, kumis dan keningnya dipoles dengan mangsi.
Kakinya dibengkokkan ke depan serta tangan kirinya memegang saput (sampur.
Pakaian arca dihias dengan teknik goresan.
d. Arca Binatang Di Pura Blanjong
Sanur terdapat dua buah arca binatang yang ditempatkan pada sebuah pelinggih.
Arca ini dibuat dari batu padas. Keadaan arca tidak lengkap karena bagian
kepala kedua arca tersebut telah hilang. Kemungkinan arca tersebut
menggambarkan dua ekor lembu. Arca digambarkan dengan sikap yang hampir sama yaitu
dalam keadaan tertelungkup dengan kaki bagian depan dilipat ke belakang dan
kaki belakangnya dilipat ke depan. Ukuran masing-masing arca tersebut adalah
sebagai berikut : panjang seluruhnya 52 cm, lebar bagian depan 27 cm, lebar
bagian belakang 23 cm. Tinggi seluruhnya 32 cm dan tinggi lapik 8 cm. Arca
binatang yang satu lagi ukurannya sebagai berikut : panjang seluruhnya 51 cm,
lebar bagian depan 188 cm, lebar bagian belakang 2 cm, serta tinggi lapik 6 cm.
Kemungkinan besar arca ini sudah tidak di situ lagi. Disamping arca-arca
tersebut di situs itu ditemukan pula 2 buah sandaran arca, sebuah fragmen kaki
arca dan sebuah lingga, dan artefak-artefak yang lain.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
4.1.1
Sesimpulan dari pada monumen perjuangan rakyat bali (bajra sandhi)
Adapun
Simpulan yang dapat saya
simpulkan dalam laporan ini adalah :
1.
Monumen
perjuangan rakyat bali merupakan sebuah monumen untuk
mengenang kerja keras dan perjuangan heroik dari rakyat Bali sebelum dan
sesudah kemerdekaan.
2.
Dalam monument
ini memiliki nilai relegius seperti Dinamakan Museum Bajra Sandi karena
bentuk museum ini seperti Bajra atau Genta yang dipakai oleh para pemimpin
Agama Hindu dalam mengiringi pengucapan japa mantra pada saat melakukan upacara
Agama Hindu.
3.
Monumen perjuangan rakyat bali ini melambangkan
semangat untuk mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hal
ini dapat dilihat dari 17 anak tangga yang ada di pintu utama, 8 buah tiang
agung di dalam gedung monumen, dan monumen yang menjulang setinggi 45 meter.
Hal ini meningat kemerdekaan Negara Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus
1945.
4.
Dalam membangun monumen ini terdapat beberapa makna
kehidupan manusia dengan istilah budaya Hindu seperti menggambarkan Tri
Mandala yaitu Sebagai Utama Mandala, Sebagai Madya Mandala, Sebagai Nista Mandala.
Dan Tri Angga yaitu Angg Utama atau kepala, Madya atau badan, Nista
atau kaki.
5.
Monumen
perjuangan rakyat bali (bajra sandhi) sangat tertarik untuk wisatawan karena
lokasinya sangat menarik dan didalam monumen terdapat gambar-gambar yang indah
bentuk dan proses kehidupan masyarakat bali dari jaman-jaman sebelumnya sampai
jaman kemerdekaan.
4.1.2 Simpulan
dari pada situs belanjong
Adapun
Simpulan yang dapat saya
simpulkan dalam laporan ini adalah :
1. Situs belanjong merupakan situs puba kalah yang penuh
bersejarah. Banyak parah ahli sejarah dan geologi baik dalam negeri maupun luar
negeri yang memberikan informasi melalui penelitian tentang situs belanjong.
Situs ini mengambarkan para kehidupan umat Hindu sejak masa-masa sebelum di
daerah Bali, terbukti ada beberapa macam huruf di situs belanjong tersebut
yaitu dua macam
huruf yaitu huruf Pre-Negari menggunakan bahasa Bali Kuno, sedangkan bagian
yang ditulis dengan huruf Kawi menggunakan bahasa Sansekerta. Huruf ini
sangat kaitan dengan kepercayaan umat Hindu.
2. Didalam
situs Belanjong terdapat pula arca-arca sebagai peninggalan budaya Bali sejak
masa dahulu kala seperi arca Ganesa, arca Perwujudan, arca Terakota, dan arca Binatang yang kini masih utuh.
3.
Pada tahun 835 çaka bulan phalguna, seorang raja yang
mempunyai kekuasaan di seluruh penjuru dunia beristana di keraton Sanghadwala,
bernama Çri Kesari telah mengalahkan musuh-musuhnya di Gurun dan di Swal.
Inilah yang harus diketahui sampai kemudian hari. Berdasarkan isi prasasti
tersebut dipastikan prasasti Blanjong dikukuhkan pada tahun 835 Caka (913 M)
atas Raja Adipatih Cri Kesari Warmadewa sebagai tanda kemenangan
4.2 Saran-Saran
Adapun Saran-saran yang disampaikan
dalam laporan ini adalah:
1) Pemerintah
dan masyarakat hendaknya lebih menghargai peninggalan-peninggalan sejarah,
sebab nilai sejarah sangat penting dalam membangun Bangsa dan Negara.
2) Pemerintah
dan kaum intelektual hendaknya bisa memberikan sumbangsih keilmuan untuk
menambah wawsan serta memberikan sedikit motivasi untuk kemajuan pendidikan
selanjutnya.
3) Teruntuk semua pihak yang telah membaca laporan ini,
penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan laporan ini masih banyak
kekurangan-kekurangan terutama penempatan kata-kata dan perlengkapan materi
atau informasi dari obiek laporan ini. Kiranya agar smua pihak bisa memaklumi
dan mari kita memperbaiki sama-sama yang bersifat membangun demi menyempurnakan
isi dari laporan ini.
DAFTAR PUSTAKA
Buku sejarah monumen bajra sandhi
bersumber dari petugas harian monument bajra sandi
bersumber dari Mangku harian situs belanjong
DAFTAR LAMPIRAN
Gambar 1. Monumen
Perjuangan Rakyat Bali (Bajra Sandhi)
|
Gambar 2. Situs Belanjong
|